Sebagai figur yang ingin memajukan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, selain mendirikan Tanri Abeng University, Dr. Tanri Abeng, MBA juga mendirikan pusat pelatihan eksekutif, Executive Center of Global Leadership (ECGL). ECGL didirikan oleh lima pemimpin politik dan bisnis yang berpengaruh di Indonesia: Tanri Abeng; Muh. Jusuf Kalla; Aburizal Bakrie; Bambang Kesowo, dan Pontjo Sutowo. Visi dan kebijaksanaan mereka telah menjadikan ECGL sebagai salah satu pusat pembelajaran yang paling didambakan dan diakui di seluruh Asia. Para alumni ECGL memegang posisi kepemimpinan di banyak bidang bisnis terkemuka, pemerintah, organisasi sektor publik dan sosial.
Selama lima belas tahun Executive Center of Global Leadership (ECGL) telah menjadi pusat pembelajaran kelas dunia bagi para eksekutif yang ingin mendapatkan perspektif baru dalam strategi manajemen dan kepemimpinan. Dalam rangka merayakan pencapaiannya di tahun ke-16, ECGL mengadakan The ECGL Leadership Forum sekaligus pertemuan alumni yang diadakan hari Rabu, 4 Juli 2018 di ballroom Fairmont Hotel, Jakarta. Sekitar lebih dari dua ratus orang menghadiri acara ini. Para hadirin merupakan jajaran pimpinan dari perusahaan-perusahaan BUMN dan swasta, duta besar dari negara-negara sahabat dan ketua lembaga-lembaga tinggi negara. Turut menghadiri acara adalah Bapak Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia, Bapak Ridwan Kamil, Walikota Bandung dan kandidat Gubernur Jawa Barat 2018 dan Bapak Sofyan Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia.
Tanri Abeng University pun ikut berpartisipasi dalam acara ini dengan membuka stand serta membantu kelancaran acara.
ECGL Leadership Forum merupakan forum kepemimpinan pertama di Indonesia. Dr. Tanri Abeng, MBA, pendiri dan Chairman ECGL, memaparkan pentingnya kepemimpinan saat membuka acara, “Apapun organisasinya memerlukan leader yang baik. Karena instansi adalah cerminan dari leader-nya.” Sebagai mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara pertama di Indonesia, Bapak Tanri Abeng mengakui bahwa memimpin BUMN bukan hal mudah, “Memimpin BUMN itu sensitif secara politik dan berisiko membuat keputusan yang merugikan negara.”
Ungkapan Bapak Tanri Abeng ini diamini oleh Ibu Rini M. Soemarno, Menteri BUMN ke-delapan yang menjadi pembicara di acara iin, “Tantangan Kementerian BUMN adalah meningkatkan kualitas hidup manusia.” Selain itu menurut Ibu Rini, untuk menjadi seorang leader BUMN harus dapat membangun hubungan strategis dengan pemangku kepentingan, harus jadi agen perubahan, dan berani melakukan investasi jangka panjang sehingga BUMN dapat sustain 10-20 tahun ke depan.” Ibu Rini M. Soemarno juga sempat berbagi kebanggaannya sebagai pemimpin perempuan karena sekarang semakin banyak pimpinan BUMN yang juga perempuan, “Ada 143 BUMN, potensi jadi pemimpin adalah tentang kapabilitas.”
Dalam sesi Leadership Panel yang didukung oleh PwC selaku mitra ECGL, Nicke Widyawati, Plt Dirut Pertamina, berkata bahwa aspek penting untuk jadi leader yang baik adalah kemampuan me-manage karyawan. Gilarsi Wahyu Setijono, Dirut Pos Indonesia, sempat menceritakan sejarah pos Indonesia yang panjang dan betapa jasa pengiriman sangat penting bagi banyak orang. Turut berbagi tentang kepemimpinan dalam BUMN adalah Muhammad Awaluddin, Dirut Angkasa Pura II.
Lain lagi bila bicara tentang Kepemimpinan Politik. Pembicara selanjutnya dalam ECGL Leadership Forum, Datuk Seri Anwar Ibrahim, pemimpin koalisi partai politik Pakatan Harapan di Malaysia berkata, “Pemimpin negara bisa memiliki target pertumbuhan ekonomi hingga dua digit, penawaran investasi yang menarik, inflasi rendah, tapi itu semua bukan kepemimpinan bila tidak disertai kepedulian terhadap rakyat jelata. Apa arti perkembangan ekonomi bila tidak ada distribusi kekayaan yang merata? Janganlah menjadi pemimpin yang datang ke rakyat dari kalangan pra sejahtera hanya saat pemilihan. Tapi kemudian saat sudah berkuasa, kita sibuk memperkaya diri sendiri, keluarga dan kroni-kroninya.” Datuk Seri Anwar Ibrahim pun memandang pentingnya pemimpin politik mengubah sudut pandangnya dalam hal kekuasaan, “Kuasa itu adalah amanah. Pemimpin itu harus pikul amanah. Bukan menggunakan kuasa untuk merampok.”
Menghadirkan figur berpengaruh penting dengan latar belakang beragam merupakan bagian dari visi Bapak Tanri Abeng sebagai Ketua dan Pendiri ECGL. Program yang ditawarkan ECGL membaurkan konsep pembelajaran kelas dunia dan konsep manajemen kepada eksekutif yang bersemangat serta berambisi tinggi untuk menjadi pemimpin masa depan.
ECGL telah meluncurkan Advanced Leadership Program (ALP) sejak tahun 2012. Tanggal 4 Juli 2018 menjadi momen peluncuran ALP 2018. Program ini terdiri dari 11 modul yang setiap modulnya dilaksanakan dalam 20 jam. Setiap sesi akan diadakan di kelas ECGL yang terdapat di Jakarta dan Bali. Pengajar modul berasal dari fasilitator kelas dunia yang memiliki pengalaman akademis yang kuat dan beraneka latar belakang manajemen bisnis. Kebanyakan dari para pengajar berasal dari mitra ECGL, yaitu Rotterdam School of Management, Erasmus University di Belanda.
Program Advanced Leadership 2018 yang ditawarkan ECGL akan memberikan perspektif baru, konsep yang realistik dan metode akurat dalam kepemimpinan dan manajemen. Sehingga peserta yang berpartisipasi memiliki kemampuan strategi manajemen, pengembangan organisasi dan transformasi bisnis untuk ketahanan dan pertumbuhan berkelanjutan yang berdaya guna.